WARTA PERSADA.COM |
Nama Klenteng Ngo Kok Ong diambil dari nama Dewa yang di percaya sebagai penguasa lima bibit Pertanian.Penganutnya meyakini bahwa dewa tersebut mampu memmberikan kesejahteraan,khususnya bagi mereka yang menekuni bidang sebagai Petani dan pedagang.
Untuk tempat sembahyang adalah bangunan utama yang ada dewa Ngo Kok Ong dan ada 8 dewa-dewa lain seperti :
1.Kwan Seng Tee Kun (Dewa keadilan)
2.Kwan Im (Dewa Welas Asih)
3.Fa Kung Ta The (Dewa Penguasa Alam Baka)
4.Hotek Ceng Sun (Dewa Penguasa Bumi)
5.U Fang Fek Kong (Dewa Penjuru Angin)
6.Chai Shin Loya (Dewa Kemakmuran)
7.Tong Nian Ta Soy (Dewa Penguasa Bumi dan Bulan)
8.Yi Long (Dewa Perang).
Di bagian Belakang ada banguan yang kedua.Di sini tidak terlalu ramai yang di penuhi pernak - pernik seperti di bangunan bagian depan.Hanya ada Altar Budha yang selain untuk tempat sembahyang juga di gunakan sebagai tempat pertemuan.
Dibelakang Kelenteng ada sebuah sumur gali yang cara mengambil air nya dengan mengunakan timba.Sumur ini tidak pernah surut walaupun pada musim kemarau panjang.Dan sumur ini di percayai mengandung banyak khasiat seperti menyembuhkan berbagai macam penyakit.Dan pada musim kemarau panjang sumur kelenteng ini sering di manfaatkan masyarakat sekitar untuk mengambil air keperluan sehari hari.
Sejak didirikan pada tahun 1673 kelenteng Ngo kok Ong ini telah mengalami berulang kali renovasi.Sayang Jejak sejarahnya tidak di ketahui dan hanya ada di dua buah lempeng batu dan beberapa arca yang ada.Terakhir di renovasi pada 08 November 1992.Untuk biaya renovasinya tidak ada subsidi dari pemerintah daerah Kab.Bekasi. Namun di biayai hasil gotong royong dan hasil lelang saat ulang tahun kelenteng terhadap barang barang sesembahan dan sembako.Penawar tertinggi yang berhak membawa pulang barang lelang.
Seiring tuanya usia kelenteng ini semakin melebur dengan masyarakat di Cibarusah.Pada hari hari tertentu saat perayaan "Sejit" misalnya.Banyak masyarakat Cibarusah dan sekitarnya yang datang berbondong bondong bukan untuk melaksanakan ritualnya namun ingin meyaksikan bebagai pertunjukan dan atraksi barongsai yang meliuk-liuk kesana kemari.Pada Perayaan Sejit di gelar bara sepanjang 10 meter pada malam harinya.Ritual ini di maksudkan sebagai pencucian diri.Diatas bara panjang 10 meter itu para peserta rituan berjalan di atas bara.Menurut ceritanya jika hati masih bersih makan kakinya tidak akan kotor dan terluka oleh bara api.Namun jika melepuh pada kakinya berati di dalam hatinya masih kotor.Penonton yang melihat hanya bisa menahan nafasnya saat ada orang melintas diatas bara tersebut.Penonton bisa menyaksikan dari jarak 5 meter di acara Sejit tersebut.Acara sejit adalah acara memperingati berdirinya/ulang tahun kelenteng Ngo Kok Ong.
Sampai sejauh ini tidak pernah ada masalah dengan keberadaan Kelenteng Ngo Kok Ong ini terhadap masyarakat sekitar di Kampung Pasar Lama yang mayoritas beragama Islam.Kerukunan dan toleransi tetap terjaga.Hidup berdampingan rukun dan damai dengan saling menjaga toleransi antar umat beragama.
Tulisan Terkait :
Jembatan Industri Cikarang Belum selesai
Perbaikan Jalan Serang- Lippo Terkesan Lamban
Tabrakan Di Tikungan maut Cibarusah Indah
Kemacetan Sabtu Minggu Di Mekarsari
Pesawat Tak Berbunyi Di langit Cibarusah
Post a Comment