Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

 Dimasa perjuangan kemerdekaan RI melawan Belanda dan Jepang masjid Al-Mujahidin ini menjadi markas serta camp pelatihan pasukan Laskar Hizbulllah, Pasukan perang bentukan Masyumi tahun 1944M. Masyumi menjadi tempat bergabungnya organisasi organisasi Islam ketika itu termasuk Nahdatul Ulama (NU) dibawah pimpinan KH. Wachid Hasyim (Pahlawan Nasional dan juga ayah dari Mantan Presiden RI, KH. Abdurrahman Wachid alias Gusdur). Di masjid inilah yang menjadi pusat penggemblengan Laskar Hizbullah untuk disiapkan menjadi tentara terlatih untuk kemudian ditempatkan di berbagai lokasi di pulau jawa dan Madura.

Dipilihnya daerah Cibarusah sebagai tempat latihan semi militer Laskar Hizbullah karena dinilai sangat strategis. Masih banyak hutan dan terletak tidak jauh dari pusat kekuasaan Jepang di Jakarta.  Laskar Hizbullah dibentuk atas usulan 10 ulama besar di Jawa, untuk mengimbangi Laskar PETA (Pembela Tanah Air) tentara nasionalis bentukan Jepang tahun 1942. Meskipun antara PETA dan Hizbullah berbeda, namun kurikulum militernya disusun oleh orang yang sama, yaitu Kapten Yamazaki.

Pada masa itu, Masjid Al-Mujahidin KBC bukan hanya sekedar sebagai tempat ibadah saja, Namun juga sebagai pusat komando dalam mengatur strategi perang. Dari Masjid ini KH. Zainul Arifin (Pahlawan Nasional) merupakan seorang tokoh muda yang ketika itu menjabat sebagai konsul NU di Jakarta, mengobarkan semangat anak muda khususnya kaum santri pesantren untuk menjadi garda terdepan perjuangan melawan Penjajah. Dalam rapat Masyumi Banten 15 Januari 1945, KH. Zainul Arifin menyampaikan pidato yang kutipannya begitu terkenal berbunyi “Hanya dengan adanya pemuda-pemuda yang berani berjuang, keluhuran bangsa dapat tercapai”.


Pembinaan Hizbullah dipercayakan kepada Masyumi, sedangkan latihannya dilaksanakan oleh Kapten Yamazaki. Pusat latihan Hizbullah dikelola oleh Markas Tertinggi Hizbullah yang dipimpin oleh KH. Zainul Arifin, Konsul NU di Jakarta. Anggotanya meliputi Abdul Mukti, Konsul Muhammadiyah Madiun, Ahmad Fathoni, Muhammad Syahid, Amir Fattah, Prawoto Mangkusasmito, dan KH Mukhtar.
Adapun penanggungjawab politik adalah KH A. Wahid Hasyim, didampingi KH Abdulwahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH Masykur, Mr. Mohammad Roem, dan Anwar Tjokroaminoto.
    


                 
Latihan semi-militer Hizbullah diselenggarakan masing masing selama dua bulan di Cibarusah, Bogor (sejak 1950 Cibarusah dimasukkan ke dalam wilayah Kabupaten Bekasi). Pada angkatan pertama latihan, diikuti 150 pemuda yang dikirim dari tiap keresidenan di seluruh Jawa dan Madura. Masing-masing keresidenan sebanyak lima pemuda. Jumlah anggota Hizbullah diperkirakan mencapai 50 ribu orang pada saat itu.
[ Read More ]

 Sejarah tutur atau secara turun temurun menyebutkan bahwa masjid Al-Mujahidin di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) ini dibangun pertama kali oleh Pangeran Senapati, salah satu keturunan Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Konon di tahun 1619M Pangeran Jayakarta memerintahkan Pangeran Senapati menyelamatkan diri dari kepungan Belanda, paska kekalahan Sunda Kelapa dalam perang melawan Belanda di bulan April-Mei 1619M, sekaligus membangun pertahanan di kawasan pesisir dan pedalaman. Maka dimulailah perjalanan panjang Pangeran Senapati bersama pasukannya menyusuri pantai utara Jawa, melewati daerah Cabang Bungin, Batujaya, Pebayuran, Rengas Bandung, Lemah Abang, Pasir Konci hingga sampai di sebuah kawasan hutan jati.

Di kawasan hutan jati itulah kemudian Pangeran Senopati berhenti bersama pasukan dan keluarga yang masih menyertainya. Beliau menganggap kawasan hutan lebat itu sebagai lokasi persembunyian yang aman dari kejaran pasukan Belanda. Termasuk untuk tinggal mengembangkan keluarga dan keturunan. Babat alas dimulai untuk membangun pemukiman baru yang dikemudian hari dikenal dengan nama Cibarusah. Kata Cibarusah sendiri konon berasal dari kalimat berbahasa sunda “Cai baru sah”.

Dikisahkan bahwa ketika masjid masjid telah didirikan, jemaah kesulitan untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi sarat sah untuk bersuci sebelum menunaikan sholat. Ketika pencarian sumber air berhasil menemukan sumber air bersih salah satu ulama yang menyertai Pangeran Senopati berujar dalam bahasa Sunda “nah ieu’ CAI’ BARU SAH” yang berarti “Nah ini airnya baru sah” maksudnya sah secara syar’i untuk keperluan bersuci. Kalimat “CAI’ BARU SAH” itulah yang kemudian menjadi CI BARU SAH. Sedangkan nama kampung ‘Babakan’ berasal dari kata ‘Bukbak’ dalam bahasa sunda yang berarti membersihkan.
  
 
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Pangeran Senopati tersebut berbahan utama kayu jati yang ketika itu melimpah disana. Tak jauh dari masjid dibangun sebuah kolam penampung air bersih berukuran kira kira 20 x 30m untuk menampung air bersih yang dialirkan dari sumbernya menggunakan pipa pipa bambu dan saluran yang dibangun secara bergotong royong. Riwayat tutur menyangkut sejarah masjid ini terputus sampai disitu. Hingga saat ini keturuan Pangeran Sena masih ada di KBC, keluarga beliau dapat dikenali dengan gelar ‘Raden’ yang disematkan kepada nama mereka masing masing. Pangeran Senopati wafat dan dimakamkan di Kampung Babakan Cibarusah (KBC) dan dikenal dengan sebutan Makam Embah Uyut Sena.
[ Read More ]

 Di atas pintu masuk utama masjid Al Mujahidin Kampung Babakan Cibarusah tertulis dalam aksara Arab dan Latin “MASJID AL-MUJAHIDIN BABAKAN KOTA CIBARUSAH, JUNI 1937, ROBIUL AWAL 1356”. Lengkap dengan lambang laskar Hizbullah di bagian atasnya. Sementara di salah satu dari enam tiang utama di dalam masjid terpasang prasasti kecil dalam bahasa Belanda yang berbunyi “HERBOUWD 1935/1937, COMITE MASDJID”

Di dinding depan masjid juga terpasang piagam pendirian masjid dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi bertanggal 19 Syafar 1409H / 1 Oktober 1998M dan ditandatangani oleh Kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi HM. Zainuddin, BA. Dalam piagam tersebut dijelaskan bahwa masjid Al-Mujahidin yang terletak di Kampung Babakan Desa Cibarusah Kota, dibangun pada tahun 1930.

Piagam tersebut juga menyatakan bahwa Masjid Al-Mujahidin Kampung Babakan Cibarusah ini sudah terdaftar di Departemen Agama dengan nomor 34/MJ/1988. dan disebutkan juga bahwa piagam pendirian masjid tersebut dikeluarkan berdasarkan surat keterangan dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Cibarusah bernomor K.13/05/142/1998 tanggal 16 Agustus 1988. Sebagai mana disebutkan dalam piagam tersebut bahwa dikeluarkannya piagam pendirian masjid ditahun 1988 itu menjadi pengukuhan pendirian masjid sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut aplikasi “google terjemah”, Herbouwd dalam bahasa Belanda bila Indonesiakan berarti “dibangun kembali”. Merujuk kepada tahun tersebut saja masjid ini sudah jauh lebih tua dari umur Republik Indonesia tercinta ini. Menjadi pertanyaan adalah, kapan masjid Al-Mujahidin ini pertama kali dibangun dan oleh siapa ?. Bila kita mencermati tiga sumber tertulis di atas ada 3 angka tahun yang berbeda, masing masing adalah tahun 1937 di atas pintu utama masjid, tahun 1935/1937 sebagaimana tertulis dalam prasasti di tiang masjid dan tahun 1930 seperti dijelaskan dalam piagam pendirian masjid yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi.

 Bisa saja kita menyimpulkan bahwa masjid tersebut dibangun tahun 1930M lalu di renovasi atau dibangun kembali  lima tahun kemudian (tahun 1935M) dan proses direnovasi tersebut selesai dilaksanakan pada bulan Juni tahun 1937M bertepatan dengan bulan Robiul Awal tahun 1356H. Lalu kenapa harus dibangun kembali ditahun 1935M/1937M ?. Kawasan Cibarusah bukanlah kawasan padat penduduk di era tersebut, jalan akses dari dan menuju kesana pun sangat sulit ketika itu. Pertambahan jumlah penduduk yang membengkak dalam kurun 5 tahun sepertinya bukanlah alasan yang dapat diterima sebagai dasar pembangunan kembali masjid tersebut untuk diperluas guna menampung membludaknya jamaah.
  

Penetapan angka 1930M oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Bekasi sebagai tahun pendirian masjid itupun sepertinya masih patut dipertanyakan, mengingat adanya batu nisan salah satu makam di samping masjid yang bertarikh 1916M. Seperti yang sudah umum terjadi, biasanya pemakaman umum dibangun di sebelah Masjid, bukan Masjid yang dibangun disebelah pemakaman umum. Artinya, boleh jadi masjid ini dibangun jauh sebelum tahun 1916M sebagaimana tarikh pada Nisan Makam tersebut. Butuh penggalian lebih dalam untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.
[ Read More ]

 Masjid Al-Mujahidin ini berada di Kampung Babakan Cibarusah (biasa disebut KBC) masuk dalam Desa Cibarusah Kota, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Agak sulit menemukan koordinat masjid ini di aplikasi google maps ataupun Google Earth, dalam aplikasi gratisan tersebut, daerah ini masih ditampilkan dalam format foto satelit beresolusi rendah. Bila ada yang lebih memahami lokasi masjid ini jangan sungkan untuk memberikan masukan pada kotak komentar di bawah posting ini.

 Untuk mencapai kampung Babakan Cibarusah (KBC) dari Jakarta atau Bandung, bila anda menggunakan ruas tol Jakarta-Cikampek, akan lebih mudah bila anda keluar di pintu tol Cikarang Barat / Lemah Abang lalu berbelok ke arah selatan (belok kanan) melewati Lippo Cikarang, Pasar Serang, Area Rekreasi Taman Buaya, perumahan Kota Serang Baru (KSB), sampai kemudian masuk ke kawasan KBC, masjid ini berada di sisi kanan jalan. Alternatif lain adalah dari pertigaan jonggol ke arah Cikarang, masjid ini berada di sisi kiri jalan di KBC.
[ Read More ]

WARTA PERSADA.COM
   Kelenteng Ngo Kok Ong yang terletak di Kp Pasar Lama Desa Cibarusah Kab Bekasi Jawa Barat di dirikan pada 327 tahun yang lalu atau tahun 1673.Oleh seorang tuan tanah asal tiongkok pada saat itu yang bernama Tan Asiat.Kelenteng Tersebut saat ini masih berdiri megah dan sering di gunakan untuk kegiatan spiritual kaum tiong hoa cibarusah dan sekitarnya.Kondisinya terawat dan ada yang mengurusnya.Kelenteng ini berdiri di areal persawahan yang membentang luas sampai ke Perumahan Taman Persada Bekasi.Dan terhimpit perumahan warga kampung Pasar Lama.Di bagian depan pintu masuk terdapat gapura yang terdapat Naga kembar yang berhadapan di atasnya.Banguanan Paling depan adalah Altar Tien (Tuhan Yang Maha Esa).Dan di belakangnya terdapat 2 bangunan rumah berbentuk segi empat berjajar/bersebelahan sebanyak dua buah.Bangunannya Berwarna merah menyala berornamen china klasik dan selalu disesaki bau dupa.
  Nama Klenteng  Ngo Kok Ong diambil dari nama Dewa yang di percaya sebagai penguasa lima bibit Pertanian.Penganutnya meyakini bahwa dewa tersebut mampu memmberikan kesejahteraan,khususnya bagi mereka yang menekuni bidang sebagai Petani dan pedagang.
 Untuk tempat sembahyang adalah bangunan utama yang ada dewa Ngo Kok Ong dan ada 8 dewa-dewa lain seperti :
1.Kwan Seng Tee Kun (Dewa keadilan)
2.Kwan Im (Dewa Welas Asih)
3.Fa Kung Ta The (Dewa Penguasa Alam Baka)
4.Hotek Ceng Sun (Dewa Penguasa Bumi)
5.U Fang Fek Kong (Dewa Penjuru Angin)
6.Chai Shin Loya (Dewa Kemakmuran)
7.Tong Nian Ta Soy (Dewa Penguasa Bumi dan Bulan)
8.Yi Long  (Dewa Perang).
   Di bagian Belakang ada banguan yang kedua.Di sini tidak terlalu ramai yang di penuhi pernak - pernik seperti di bangunan bagian depan.Hanya ada Altar Budha yang selain untuk tempat sembahyang juga di gunakan sebagai tempat pertemuan.
   Dibelakang Kelenteng ada sebuah sumur gali yang cara mengambil air nya dengan mengunakan timba.Sumur ini tidak pernah surut walaupun pada musim kemarau panjang.Dan sumur ini di percayai mengandung banyak khasiat seperti menyembuhkan berbagai macam penyakit.Dan pada musim kemarau panjang sumur kelenteng ini sering di manfaatkan masyarakat sekitar untuk mengambil air keperluan sehari hari.
   Sejak didirikan pada tahun 1673 kelenteng Ngo kok Ong ini telah mengalami berulang kali renovasi.Sayang Jejak sejarahnya tidak di ketahui dan hanya ada di dua buah lempeng batu dan beberapa arca yang ada.Terakhir di renovasi pada 08 November 1992.Untuk biaya renovasinya tidak ada subsidi dari pemerintah daerah Kab.Bekasi. Namun di biayai hasil gotong royong dan hasil lelang saat ulang tahun kelenteng terhadap barang barang sesembahan dan sembako.Penawar tertinggi yang berhak membawa pulang barang lelang.
     Seiring tuanya usia kelenteng ini semakin melebur dengan masyarakat di Cibarusah.Pada hari hari tertentu saat perayaan "Sejit" misalnya.Banyak masyarakat Cibarusah dan sekitarnya yang datang berbondong bondong bukan untuk melaksanakan ritualnya namun ingin meyaksikan bebagai pertunjukan dan atraksi barongsai yang meliuk-liuk kesana kemari.Pada Perayaan Sejit di gelar bara sepanjang 10 meter pada malam harinya.Ritual ini di maksudkan sebagai pencucian diri.Diatas bara panjang 10 meter itu para peserta rituan berjalan di atas bara.Menurut ceritanya jika hati masih bersih makan kakinya tidak akan kotor dan terluka oleh bara api.Namun jika melepuh pada kakinya berati di dalam hatinya masih kotor.Penonton yang melihat hanya bisa menahan nafasnya saat ada orang melintas diatas bara tersebut.Penonton bisa menyaksikan dari jarak 5 meter di acara Sejit tersebut.Acara sejit adalah acara memperingati berdirinya/ulang tahun  kelenteng Ngo Kok Ong.
   Sampai sejauh ini tidak pernah ada masalah dengan keberadaan Kelenteng Ngo Kok Ong ini terhadap masyarakat sekitar di Kampung Pasar Lama yang mayoritas beragama Islam.Kerukunan dan toleransi tetap terjaga.Hidup berdampingan rukun dan damai dengan saling menjaga toleransi antar umat beragama. 

Tulisan Terkait :

Jembatan Industri Cikarang Belum selesai
Perbaikan Jalan Serang- Lippo Terkesan Lamban
Tabrakan Di Tikungan maut Cibarusah Indah
Kemacetan Sabtu Minggu Di Mekarsari
Pesawat Tak Berbunyi Di langit Cibarusah




[ Read More ]

  Saat ini Indonesia sudah berumur 65 tahun dari sejak merdeka.Banyak kemajuan-kemajuan yang di raihnya.Presiden sudah silih berganti.Dari masih masing presiden membawa warna tersendiri bagi negeri ini.Kondisi politikpun saat ini telah mengalami perubahan dan kearah yang demokratis.
  Pada ulang tahunnya yang ke 65 ini bertepatan dengan bulan Ramadahan yang mana umat Islam melaksanakan puasa.Perayaan ulang tahunnya tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Kalau tahun sebelumnya banyak di meriahkan di level bawah (Tingkat Rukun Tetangga) dengan banyak perlombaan yang diadakan.Perlombaan itu bisanya seperti panjat pinang, tarik tambang,balap karung, mengambil duit dijeruk ,makan kerupuk,masukin paku ke botol, memecah kendi air, memecah balon,lomba bawa kelereng dengan sendok untuk anak-anak dan masih banyak lagi jenis perlombaan yang di adakan.Untuk tahun ini menurut pengamatan penulis yang mengadakan perjalan dari Cikarang sampai Cibarusah tidak ada perlombaan sama sekali.Namun demikian setiap rumah 95% memasang bendera merah putih dan umbul umbul.Setiap gang juga terdapat gapura 17-an.Intinya merayakan tetap dilasanakan namun dalam hal yang sederhana dan simbulkan dengan pemasangan bendera,umbul umbul, dan pemasangan gapura.Ini bukan berati rasa nasionalisme telah pudar.Karena acaranya saja yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.Orang Islam yang berpuasa khusuk dalam menjalankannya dan tidak banyak menguras energi.
  Namun acara upacara pengibaran bendera tetap dilaksanakan.Disekolah,kelurahan,kecamatan,kabupaten,dan propinsi juga di Istana Negara.Siaran di televisi juga di tayangkan upacara di berbagai daerah di Indonesia.Upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih di berbagai daerah juga banyak di warnai peserta yang pingsan.Mungkin salah satu penyebabnya adalah kekurang cairan /dehidrasi karena kondisi puasa dan di jemur di terik sinar matahari.Kalau kita melihat sajarah upacara proklamasi tahun 1945 itu sendiri juga di lasanakan saat bulan Ramadhan.Dan itupun tak menjadi halangan bangsa Indonesia yang banyak penduduknya beragama Islam untuk merdeka.
  Kondisi yang sepi dengan perlombaan sama juga kondisi di jalan raya tidak ada kemacetan.malahan sepi dan lancar.Dari perjalanan Cibarusah - Cikarang pada jam 14:00WIB  lancar lancar saja.Anggota kepolisian pun tak satupun yang kelihatan di jalan.Mungkin Bapak- Bapak Polisinya juga turut Puasa.Dan jika kondisinya tetap aman,lancar di jalanan memang lebih baiknya tunggu di dalam post saja sambil memantau lewat radio ataupun CCTV.Itulah sekilas pemberitaan HUT RI ke 65 yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan yang penuh dan membawa berkah.


Artikel Terkait :
Potensi Ancaman Keamanan nasional
Memperingati HUT RI Ke 65
Kemacetan sabtu Minggu Di Mekarsari






[ Read More ]

  Situs Makam Kuno nangka beurit berada di kampung Talun dan terkenal dengan Situs Talun.Secara geografis situs ini berada pada ketinggian 454 m dari permukaan laut.Dan berada pada posisi 06º 38’ 02,3” LS dan 107º 37’ 32,7” BT .Di sekelilingnya terdapat bukit pasir.Disebelah tenggara bukit pasir Cibadak Pasea (475 m dpl) dan di sebelah timur laut ada bukit pasir nyomot (640 m dpl).
   Di sana terdapat makam tua yang merupakan karuhun / leluhur orang sunda yaitu Makam Arya Wangsa Goparana.Makamnya sendiri berada di ujung kampung sekitar 200 meter dari kampung.Untuk mencapai lokasi kendaraan harus di parkir di ujung kampung dan menuju makam dengan berjalan kaki pada jalan yang sudah di keraskan selebar 3 meter.Lokasi ini bisa di tempur dari arah Subang melalui jalan raya arah Bandung hingga jalan Cagak.Kemudian melalui jalan alternatif menuju Wanayasa kemudian melewati Sagalaherang.Selanjutnya mengukuti jalan desa yang beraspal menuju kampung Talun.
  Sesampainya di pintu makam akan di temukan papan bertuliskan undang undang no.05/1992 pasal 26 dari Dinas Purbakala Kab. Subang Jawa Barat.yang isinya berupa perlindungan terhadap situs purbakala/cagar budaya.Jika datang dengan tujuan Wisata Ziarah anda bisa menemui Juru kunci makam.Tersedia 4 juru kunci di makam ini dan bergiliran bertugasnya 2 kali dalam 1 minggu.Petugas Kuncen tersebut adalah Bp.Kumaedi,Bp Utang,Bp.Umri dan Mak Entin.Petugas Kuncen beasal dari warga desa Sagalaherang sendiri.
  Tanah makam situs ini adalah merupakan milik Tanah desa Sagalaherang bukan tanah wakap pewaris.Sedangkan luas makan sekitar 500 meter dan di sekitar makam kuno terdapat makam dari penduduk kampung Sagalaherang.Namun sejak tahun 1982 pemakaman peduduk di tempat ini tidak diperbolehkan.Pemugaran makam dilakukan pada 25 Maret 1984 dan di resmikan 27 Mei 1984.Sumber dana perawatan selama ini berasal dari para pengunjung yang datang.Bukan berasal dari Pemerintah Daerah Kab.Subang.Sedangkan perbaikan jalan menuju makam yang di perbaiki saat ini dana berasal dari mantan bupati ke-4 dari sekarang yaitu Bp.Oman Syahroni.Saat menjabat Beliau sangat perhatian kepada keberadaan situs makam kuno ini.Informasi inidi peroleh dari Bp.kumaedi salah seorang kuncen dari makam ini.
  Makam ini sering di datangi dari berbagai daerah sekitar Subang juga dari Jabodetabek.Untuk kunjungan paling ramai biasanya bulan Maulud dan menjelang bulan Ramadhan.Kunjungan lokal dan orang penting biasanya dari Subang sendiri.Menurut informasi Bp.Kumaedi setiap ada Kapolres Subang yang baru,sebelum bertugas biasanya datang ziarah ke makam ini.Atau Bupati baru juga menyempatkan diri  berziarah.
  Keberadaan dari situs makam kuno di kampung Talun membawa dampak kemajuan ekonomi bagi masyarakat sekitar dengan menjual berbagai macam souvenir dan makanan.Barang dagangan yang paling laku adalah air minum.Air minum biasanya di bawa saat berziarah dan di bawa pulang untuk keluarga yang ada di rumah.






[ Read More ]

   Dalam Perjalanan Ziarah Wisata Rombongan Pengajian Masjid Ar-Rahman saat menjelang Dzuhur menyempatkan diri mampir untuk sholat Dhzuhurdi masjid Besar Al-Ikhlash Sagala Herang.
   Masjid ini terletak di sebelah barat alun alun Kec.Sagala Herang Kab.Subang Jawa Barat.Bangunannya yang megah dan menaranya yang menjulang tinggi  menambah pemandangan di sekitarnya menjadi indah bertambah indah.Dari design masjid ini termasuk bagus dan unik.Luas bangunan dan halaman sekitar 500 meter persegi.Halaman dan tempat parkir yang luas membuat nyaman jamaah dan pengunjung yang mampir untuk melaksanakan sholat.Banyak dari rombongan wisata menggunakan Bus mampir di tempat ini.
  Masjid ini sudah lama di dirikan dan termasuk kategori masjid tua.Namun untuk pembangunan yang tampak seperti gambar di samping dilakukan pada tahun 1993.Masjid ini memiliki 2 lantai.Dan untuk kegiatan sholat 5 waktu menggunakan lantai 2.Untuk mendanai perawatannya masjid ini mempunyai dana yang cukup besar.Kas Infaqnya saldo mencapai Rp 37 Jutaan.Petugas kebersihan dan perawatannya ada 6 orang.Terdiri dari 2 orang untuk mengurus toilet.3 orang untuk mengurus halaman dan dalam masjid.Sedangkan 1 orang untuk mengurus istalasi listrik dan bagian atas.Konon informasinya masjid ini dibangun saat Bp.Haryanto Danu Tirto menjadi menteri Perhubungan.Zamannya Kabinet Pembangunan.Sampai saat ini Ibu mantan menteri masih menjadi donatur tetap tiap bulannya untuk masjid ini.
  Saat ini DKM diketuai oleh Bp.Drs.H.Aceng Kosasih,M.Ag.Pria kelahiran Karawang,17 September 1965 ini menjabat sebagai ketua DKM sejak tahun 2000 hingga sekarang.Selain ketua DKM beliau juga sebagai Dosen dan penulis mata kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia sampai sekarang.Salah satu yayasan yang beliau ketuai sampai sekarang adalah YPI Al-Ma'mun.






[ Read More ]

 
Copyright © 2010. WARTA PERSADA.COM - All Rights Reserved