Sungguh ironis kedengarannya sebuah Jabatan tanpa gaji.Bisa di bilang kerja sukarela.Ini di alami oleh para RT dan RW di seluruh Indonesia kecuali di Jakarta.Bertahun-tahun mereka bekerja tanpa adanya gaji.Namun mereka tetap melaksanakan amanah yang diembannya dengan senang hati.Mereka biasanya terpilih menduduki jabatan tersebut karena di pilih oleh warganya dalam Proses pemilihan untuk jabatan RT atau RW.Terkadang bukan sanjungan yang mereka dapat,tetapi cercaan dan hinaan yang mereka terima.Sebuah kata sindiran sering mereka dengar.Komplenan warga terutama pada saat rapat sering mereka terima.Bilangnya saran namun intinya kritikan pedas yang harus di terima para pengurus saat diadakan rapat bulanan.Permasalahannya terkadang sepele,karena kesibukan pengurus dengan pekerjan rutinnya sehingga saat rapat belum sempat membuat laporan keuangan.Sehingga menimbulkan isu-isu negative,dan yang terjadi adalah buruk sangka.

Menduduki jabatan RT atau RW kalau di hitung hitung banyak ruginya.Sudah banyak menyita waktu buat keluarga,juga pikiran tidak tenang.Permasalahan sering timbul dan pengurus di minta kewajibannya untuk menyelesaikannya.Dari masalah pencurian,Kekerasan dalam rumah tangga,Isu selingkuh,Bentrokan warga,perceraian,Sengketa tagihan kredit,keamanan dan kebersihan,sampai kepada iuran warga yang macet dan lain-lain.Selalu ada saja masalahnya dan komplek.Disaat bulan haji atau yang lain ,banyak orang punya hajatan.Nah disini yang terasa sangat tidak nyaman.Masalah undangan pasti nyampai karena jabatan RT atau RW sangat tersohor.Bila menyumbang banyak uang pas-pasan, mau nyumbang sedikit juga malu.Amplopnya tidak mau di tulis ,nanti di kiranya tidak datang.Di tulis di amplopnya ketahuan nyumbang sedikit.Dan pada saat ada event- event penting seperti acara 17 agustus pasti di todong oleh panitia harus jadi donator.Padahal jabatan ini tidak bergaji.
Memang saat ini di Kabupaten Bekasi ada tunjangan RT dan RW,Namun hal itu sangat jauh dari cukup.Rp.300.000,per tiga bulan untuk RT dan terkadang masih saja di sunat di kelurahan.

Untuk orang yang gila jabatan atau orang kepingin nyohor jabatan RT atau RW sangat cocok.Atau orang yang punya kepentingan terhadap bisnisnya atau ingin mempunyai kekuasaan atau hal yang lain bisanya ambis terhadap jabatan ini.Bisa juga ada kepentingan politis untuk melindungi kelompoknya dalam lingkungan tersebut,maka salah satu anggota dari kelompok tersebut harus menduduki jabatan tersebut.Sebuah drama politik yang skupnya kecil.Ini hanya sebuah gambaran,bukan berarti setiap RT atau RW terjadi hal-hal seperti ini.Ini biasanya terjadi di lingkungan perumahan yang notabene penghuninya orang- orang intelek.Ini jarang terjadi di perkampungan,mereka hidup tentram dan damai.Rapat bulanan saja jarang di lakukan.Warganya juga merasa mas bodoh dan jarang terjadi permasalahan.Bahkan ada sebuah cerita seorang ketua RT/RW sampai beberpa kali periode, tidak pernah ganti.Itu itu saja orang yang menjabat.
Padahal di daerah yang lain, Jabatan tersebut menjadi rebutan banyak orang.

Dengan adanya tulisan ini,di harapkan mudah-mudahan pemerintah kita untuk kedepannya lebih memikirkan nasib para aparat di tingkat paling bawah.Dengan adanya gaji sebenarnya mereka bisa lebih dalam pelayanannya terhadap masyarakat.







Artikel Terkait

 
Copyright © 2010. WARTA PERSADA.COM - All Rights Reserved